Sunday,
November 27, 2011
10:31 AM
Sejak
dahulu orang Jawa telah mempunyai “ perhitungan “ ( petung Jawa ) tentang
pasaran, hari, bulan dan lain sebagainya. Perhitungan itu meliputi baik
buruknya pasaran, hari, bulan dan lain sebagainya. Khusus tentang hari dan
pasaran terdapat di dalam mitologi sebagai berikut :
1.
Batara Surya ( Dewa Matahari ) turun ke bumi menjelma menjadi Brahmana Raddhi
di gunung tasik. Ia menggubah hitungan yang disebut Pancawara ( lima bilangan
) yang sekarang disebut Pasaran yakni : Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon nama
kunonya : Manis, Pethak ( an ) Abrit ( an ) Jene ( an ) Cemeng ( an ), kasih.
( Ranggowarsito R.NG.I : 228 )
2.
Kemudian Brahmana Raddhi diboyong dijadikan penasehat Prabu Selacala di
Gilingwesi sang Brahmana membuat sesaji, yakni sajian untuk dewa-dewa selama 7
hari berturut-turut dan tiap kali habis sesaji, hari itu diberinya nama
sebagai berikut
a.
Sesaji Emas, yang dipuja Matahari. Hari itu diberinya nama Radite, nama
sekarang : Ahad.
b.
Sesaji Perak, yang dipuja bulan. Hari itu diberinya nama : Soma, nama sekarang
: Senen.
c.
Sesaji Gangsa ( bahan membuat gamelan, perunggu ) yang dipuja api, hari itu
diberinya nama : Anggara, nama sekarang Selasa.
d.
Sesaji Besi, yang dipuja bumi, hari itu diberinya nama : buda, nama sekarang :
Rebo.
e.
Sesaji Perunggu, yang dipuja petir. Hari itu diberinya nama : Respati, nama
sekarang : Kemis.
f.
Sesaji Tembaga, yang dipuja Air. Hari itu diberinya nama : Sukra, nama
sekarang : Jumat
g.
Sesaji Timah, yang dipuja Angin. Hari itu diberinya nama : Saniscara disebut
pula : Tumpak, nama sekarang : Sabtu.
Nama
sekarang hari-hari tersebut adalah nama hari-hari dalam Kalender Sultan Agung,
yang berasal dari kata-kata Arab ( Akhad, Isnain, Tslasa, Arba’a, Khamis,
Jum’at, Sabt ) nama-nama sekarang itu dipakai sejak pergantian Kalender Jawa –
Asli yang disebut Saka menjadi kalender Jawa / Sultan Agung yang nama
ilmiahnya Anno Javanico ( AJ ). Pergantian kalender itu mulai 1 sura
tahun Alip 1555 yang jatuh pada 1 Muharam 1042 = Kalender masehi 8 Juli 1633.
Itu hasil perpaduan agama Islam dan kebudayaan Jawa.
Angka
tahun AJ itu meneruskan angka tahun saka yang waktu itu sampai tahun 1554,
sejak itu tahun saka tidak dipakai lagi di Jawa, tetapi hingga kini masih
digunakan di Bali. Rangkaian kalender saka seperti : Nawawara ( hitungan 9
atau pedewaan ) Paringkelan ( kelemahan makhluk ) Wuku ( 30 macam a’7 hati,
satu siklus 210 hari ) dll.
Dipadukan
dengan kalender Sultan Agung ( AJ ) tersebut, keseluruhan merupakan petungan (
perhitungan ) Jawa yang dicatat dalam Primbon. Dikalangan suku Jawa, sekalipun
di lingkungan kaum terpelajar, tidak sedikit yang hingga kini masih
menggunakannya ( baca : mempercayai ) primbon.
Sadulur Papat Kalima Pancer
Hitungan
Pasaran yang berjumlah lima itu menurut kepercayaan Jawa adalah sejalan dengan
ajaran “ Sedulur papat, kalima pancer “ empat saudara sekelahiran, kelimanya
pusat.
Ajaran
ini mengandung pengertian bahwa badan manusia yang berupa raga, wadag, atau
jasad lahir bersama empat unsur atau roh yang berasal dari, tanah, air, api
dan udara. Empat unsur itu masing-masing mempunyai tempat di kiblat empat.
Faktor yang kelima bertempat di pusat, yakni di tengah.
Lima
tempat itu adalah juga tempat lima pasaran, maka persamaan tempat pasaran dan
empat unsur dan kelimanya pusat itu adalah sebagai berikut :
1.
Pasaran Legi bertempat di timur, satu tempat dengan unsur udara, memancarkan
sinar ( aura ) putih.
2.
Pasaran Paing bertempat di selatan, salah satu tempat dengan unsur Api,
memancarkan sinar merah.
3.
Pasaran Pon bertempat di barat, satu temapt dengan unsur air, memancarakan
sinar kuning.
4.
Pasaran Wage bertempat di utara, satu tempat dengan unsur tanah, memancarkan
sinar hitam
5.
Kelima di pusat atau di tengah, adalah tempat Sukma atau Jiwa, memancarkan
sinar manca warna ( Pancawarna )
Dari
ajaran sadulur papat, kalima pancer dapat diketahui betapa pentingnya Pasaran
Kliwon yang tempatnya ditengah atau pusat ( sentrum ) tengah atau pusat itu
tempat jiwa atau sukma yang memancarkan daya – perbawa atau pengaruh kepada “
Sadulur Papat atau Empat Saudara''
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir di blog ini, Silahkan tinggalkan komentar..